Kediri. Imlek sangat identik dengan
suatu tradisi turun temurun, dan bila digali, ada sesuatu yang menarik. Imlek
sendiri, berjalan beranting atau terdiri dari beberapa kegiatan dalam satu
rangkaian.
Klenteng Tjoe Hwie
Kiong, dari kacamata Fengshui, menghadap arah timur (pintu gerbang masuk) dan
menghadap barat (menghadap persis Sungai Berantas). Halaman yang cukup luas,
sangat memungkinkan berbagai kegiatan bisa diadakan ditempat ini, termasuk
perayaan Cap Go Meh mendatang.
Serda Abu Nur Arifin
bersama partnernya, Aipda Beny, berinteraksi langsung dengan Prajitno Sutikno,
ketua pengurus Klenteng Tjoe Hwie Kiong, untuk mengetahui sejauhmana persiapan
puncak Imlek atau lebih dikenal Cap Go Meh. kamis (14/2/2019)
"Cap Go Meh itu
bagian dari Imlek, tetapi perayaan Imlek itu tidak sama dengan perayaan Cap Go
Meh. Keduanya sama dalam satu waktu, kalau Imlek di awal bulan atau penanggalan
pertama, sedangkan Cap Go Meh tepat di tengah bulan atau bulan purnama,"
kata Prajitno.
Perbedaan Imlek
dengan Cap Go Meh, kalau Imlek, identik dirayakan dengan sembahyang dengan
menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta dewa dewi. Sedangkan Cap Go Meh,
identik dirayakan dengan berbagai sesajian atau persembahan, sebagai ucapan
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta dewa dewi, atas rejeki yang sudah
diturunkan dan dinikmati.
"Semua sesajian
atau persembahan ada maknanya, dari buah, kue, semua ada. Makna semuanya ada
pada yang kita jalani, yaitu kehidupan kita, dari rintangan, kebahagiaan,
keharmonisan sampai kesuksesan, ada semua," sambung Prajitno.
Disamping sesajian,
saat perayaan Cap Go Meh, ada tradisi bergenre kesenian, yaitu seni barongsai
dan liang liong. Barongsai bisa diartikan simbol kebahagiaan, kegembiraan, dan
kesejahteraan. Sedangkan liang liong bisa diartikan simbol kekuasaan atau
kekuatan.
"Seni barongsai
ini bisa menetralisir energi negatif, mencegah masuk energi negatif, mengubah
energi negatif menjadi positif. Setiap pemain harus konsentrasi, kalau tidak,
terjadi ketidak seimbangan, karena ini dimainkan dua orang," jelas
Prajitno.
Menurut Prajitno, ada
beberapa versi sejarah barongsai, dan "Nian" atau monster, salah
satunya. Diceritakan Prajitno, jaman dulu ada Nian yang mengganggu warga. Lalu
muncul barongsai, dan terjadi perkelahian yang berujung Nian itu kalah.
Beberapa masa
kemudian, Nian itu kembali mengganggu warga, tapi sang barongsai tak kunjung
muncul. Akhirnya warga berinisiatif membuat kostum persis dengan wujud si
barongsai. Melihat ada musuhnya di masa lalu, Nian balik kanan alias pergi.
"Jenis tarian
barongsai itu ada dua, yaitu singa utara yang memiliki surai ikal dan berkaki
empat. Sedangkan singa selatan ada sisik dan jumlah kaki bervariasi, bisa dua,
bisa empat, dan ada tanduknya," kata ungkap Prajitno.
Sementara itu,
Prajitno selaku ketua pengurus Klenteng Tjoe Hwie Kiong, memastikan bakal
mengundang rekan-rekannya di FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama). Hal ini
disebabkan, puncak Imlek ada pada Cap Go Meh, dan dipastikan lebih meriah
ketimbang saat pergantian Tahun Baru Imlek sebelumnya. (dodik)
Terimakasih Atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar dengan bijak, Komentar Spam dan/atau berisi link aktif tidak akan ditampilkan. Terimakasih.