-->

Serba Serbi Klenteng Tjoe Hwie Kiong Jelang Puncak Imlek Di Perayaan Cap Go Meh

Anonymous
Serda Abu Nur Arifin bersama partnernya, Aipda Beny, berinteraksi langsung dengan Prajitno Sutikno, ketua pengurus Klenteng Tjoe Hwie Kiong, untuk mengetahui sejauhmana persiapan puncak Imlek atau lebih dikenal Cap Go Meh



Kediri. Imlek sangat identik dengan suatu tradisi turun temurun, dan bila digali, ada sesuatu yang menarik. Imlek sendiri, berjalan beranting atau terdiri dari beberapa kegiatan dalam satu rangkaian.

Klenteng Tjoe Hwie Kiong, dari kacamata Fengshui, menghadap arah timur (pintu gerbang masuk) dan menghadap barat (menghadap persis Sungai Berantas). Halaman yang cukup luas, sangat memungkinkan berbagai kegiatan bisa diadakan ditempat ini, termasuk perayaan Cap Go Meh mendatang.

Serda Abu Nur Arifin bersama partnernya, Aipda Beny, berinteraksi langsung dengan Prajitno Sutikno, ketua pengurus Klenteng Tjoe Hwie Kiong, untuk mengetahui sejauhmana persiapan puncak Imlek atau lebih dikenal Cap Go Meh. kamis (14/2/2019)

"Cap Go Meh itu bagian dari Imlek, tetapi perayaan Imlek itu tidak sama dengan perayaan Cap Go Meh. Keduanya sama dalam satu waktu, kalau Imlek di awal bulan atau penanggalan pertama, sedangkan Cap Go Meh tepat di tengah bulan atau bulan purnama," kata Prajitno.

Perbedaan Imlek dengan Cap Go Meh, kalau Imlek, identik dirayakan dengan sembahyang dengan menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta dewa dewi. Sedangkan Cap Go Meh, identik dirayakan dengan berbagai sesajian atau persembahan, sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta dewa dewi, atas rejeki yang sudah diturunkan dan dinikmati.

"Semua sesajian atau persembahan ada maknanya, dari buah, kue, semua ada. Makna semuanya ada pada yang kita jalani, yaitu kehidupan kita, dari rintangan, kebahagiaan, keharmonisan sampai kesuksesan, ada semua," sambung Prajitno.

Disamping sesajian, saat perayaan Cap Go Meh, ada tradisi bergenre kesenian, yaitu seni barongsai dan liang liong. Barongsai bisa diartikan simbol kebahagiaan, kegembiraan, dan kesejahteraan. Sedangkan liang liong bisa diartikan simbol kekuasaan atau kekuatan.

"Seni barongsai ini bisa menetralisir energi negatif, mencegah masuk energi negatif, mengubah energi negatif menjadi positif. Setiap pemain harus konsentrasi, kalau tidak, terjadi ketidak seimbangan, karena ini dimainkan dua orang," jelas Prajitno.

Menurut Prajitno, ada beberapa versi sejarah barongsai, dan "Nian" atau monster, salah satunya. Diceritakan Prajitno, jaman dulu ada Nian yang mengganggu warga. Lalu muncul barongsai, dan terjadi perkelahian yang berujung Nian itu kalah.

Beberapa masa kemudian, Nian itu kembali mengganggu warga, tapi sang barongsai tak kunjung muncul. Akhirnya warga berinisiatif membuat kostum persis dengan wujud si barongsai. Melihat ada musuhnya di masa lalu, Nian balik kanan alias pergi.

"Jenis tarian barongsai itu ada dua, yaitu singa utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Sedangkan singa selatan ada sisik dan jumlah kaki bervariasi, bisa dua, bisa empat, dan ada tanduknya," kata ungkap Prajitno.

Sementara itu, Prajitno selaku ketua pengurus Klenteng Tjoe Hwie Kiong, memastikan bakal mengundang rekan-rekannya di FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama). Hal ini disebabkan, puncak Imlek ada pada Cap Go Meh, dan dipastikan lebih meriah ketimbang saat pergantian Tahun Baru Imlek sebelumnya. (dodik)

Komentar Anda

Terimakasih Atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar dengan bijak, Komentar Spam dan/atau berisi link aktif tidak akan ditampilkan. Terimakasih.

Berita Terkini