Dasar Pengetahuan Jurnalistik: Fondasi yang Membebaskan

Oleh: Jamaluddin

SINGKILTERKINI.NET – Jurnalisme bukan sekadar menulis berita, melainkan cara pandang terhadap realitas. Di tengah derasnya arus informasi, wartawan dituntut memiliki fondasi yang kokoh agar tidak terjebak sekadar menyalin atau menyebar ulang.

Seorang wartawan mungkin hanya lulusan sekolah menengah, namun di lapangan ia bisa menjelma seperti profesor. Rasa ingin tahu yang tajam, keberanian bertanya kritis, dan ketekunan menggali sumber menjadikan ia berwibawa. 

Pendidikan formal tentu penting, tetapi yang paling menentukan adalah integritas dan etos kerja. Setiap kata yang ditulis punya konsekuensi: bisa mencerdaskan publik, tapi juga bisa menyesatkan bila abai pada kebenaran.

“Kecepatan tanpa ketepatan hanyalah sensasi. Ketepatan tanpa kecepatan hanyalah arsip. Jurnalis sejati tahu bagaimana menyeimbangkan keduanya.”

Di ruang redaksi, wartawan selalu dihadapkan pada pilihan: menulis cepat untuk mengejar kecepatan, atau menulis cermat demi ketepatan. Jurnalis yang baik tahu bagaimana menyeimbangkan keduanya agar berita tidak sekadar jadi konsumsi sesaat, melainkan rujukan yang dipercaya.

Fondasi jurnalistik juga mengajarkan pentingnya bahasa yang jernih dan lugas. Kata bukan sekadar alat, melainkan jembatan antara fakta dan publik. Kekeliruan memilih diksi bisa menyesatkan tafsir. Karena itu, wartawan dituntut tidak hanya cerdas berpikir, tetapi juga terampil mengolah bahasa.

Pada akhirnya, dasar pengetahuan jurnalistik bukanlah teori yang membebani, melainkan fondasi yang membebaskan. Ia menuntun wartawan agar tidak mudah hanyut oleh tekanan politik maupun godaan ekonomi. Dan yang paling penting, ia mengingatkan bahwa jurnalisme adalah kerja untuk publik, bukan sekadar profesi pribadi. Karena itu, menjaga fondasi jurnalistik bukan pilihan, melainkan kewajiban moral setiap wartawan.

Penulis adalah Pemimpin Redaksi Singkil Terkini