SINGKILTERKINI.NET, ACEH SINGKIL -Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 telah usai. Suara rakyat telah dihitung, pemenang telah ditetapkan, dan proses demokrasi berjalan hingga garis akhir. Namun menurut Ketua Bawaslu Aceh Singkil, H. Syamsul Arifin, S.H., tugas menjaga demokrasi belum benar-benar selesai.
Ia menegaskan bahwa meski struktur pengawasan seperti Panwascam, PKD, dan PTPS telah dibubarkan usai tahapan pemungutan dan penghitungan suara, semangat pengawasan tidak boleh ikut padam.
"Pengawasan pemilu bukan sekadar pekerjaan lima tahunan. Ini adalah tanggung jawab moral untuk menjaga suara rakyat tetap suci," ujar Syamsul dalam keterangannya kepada Singkilterkini.net, Jumat (8/8/2025).
Syamsul menyebut, pengawas ad hoc kini telah kembali ke aktivitas sehari-hari. Tidak ada lagi formulir, tidak ada kotak suara, dan tidak ada jadwal piket malam. Namun, nilai-nilai pengabdian dan integritas yang telah dibangun selama bertugas, menurutnya, harus tetap melekat.
"Kalau sejak awal niatnya hanya untuk mencari kerja, maka pengawasan itu akan selesai ketika SK berakhir. Tapi jika dijalani sebagai bentuk pengabdian, semangat itu akan tetap hidup meski kotak suara sudah disimpan," tegasnya.
Ia menilai, warisan paling berharga dari tugas pengawasan bukan hanya laporan atau data, melainkan jejak integritas yang tertanam dalam diri pengawas, serta kepercayaan publik yang sempat dijaga dengan susah payah.
Syamsul mengakui, tantangan pengawasan di lapangan cukup kompleks. Isu politik uang, tekanan dari berbagai pihak, hingga potensi intimidasi kerap menjadi ujian yang harus dihadapi oleh para pengawas.
"Menjadi pengawas itu tidak mudah. Tapi pengawas kita tetap berdiri tegak, menjaga netralitas dan profesionalisme. Itu patut diapresiasi," katanya.
Menurutnya, demokrasi tidak berhenti saat pemenang diumumkan. Demokrasi yang sehat hanya bisa bertahan jika ada kesadaran kolektif bahwa kekuasaan harus diawasi dan hak-hak rakyat harus dilindungi setiap saat.
Ia menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu. “Bawaslu punya kewenangan, tapi masyarakat punya kekuatan. Tanpa partisipasi publik, pengawasan tidak akan maksimal. Rakyat harus jadi mata dan telinga demokrasi,” ucapnya.
Selain itu, Syamsul menilai pentingnya peningkatan kesadaran politik di tengah masyarakat. Ia menyebut tidak tertutup kemungkinan masih ada warga yang belum memahami arti penting satu suara, dan masih menganggap politik uang sebagai hal biasa.
“Ini pekerjaan rumah kita bersama. Bawaslu bukan hanya penegak aturan, tapi juga pendidik demokrasi. Kami ingin masyarakat jadi pemilih yang sadar, berani menolak kecurangan, dan paham bahwa suaranya sangat berharga,” jelasnya.
Menutup keterangannya, Syamsul menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh jajaran pengawas pemilu di Aceh Singkil yang telah bekerja dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi.
“Bawaslu boleh selesai masa tugasnya. Pengawas boleh kembali menjadi warga biasa. Tapi semangat menjaga suara rakyat harus tetap menyala. Dari sanalah demokrasi ini berpijak,” pungkasnya.
Pewarta: Jamaluddin
Terimakasih Atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar dengan bijak, Komentar Spam dan/atau berisi link aktif tidak akan ditampilkan. Terimakasih.