-->

Singkel: Kumpulan Aset yang Terpendam dan Krisis Kepedulian

REDAKSI

Oleh: Dian Saputra

Menemui Aceh Singkil (selanjutnya saya sebut Singkel, alasan sederhana berbagai literatur menyebutkan bahwa afiliasi dari nama "Singkil" adalah "Singkel") dari perbatasan Subulusalam memang tidak ada yang membedakan secara signifikan dari daerah lain. Sepanjang jalan kita hanya akan menemui bentangan perkebunan kelapa sawit yang berdiri disisi kiri dan kanan, pun demikian dengan perumahan masyarakat yang tidak ada membedakan secara signifikan baik dari segi corak ataupun desain bangunan.

"Apa yang menarik dari Singkil?", secerca pertanyaan dari rekan-rekan diluar Singkel yang ingin mengetahui semenarik apa Singkel membuat saya harus berpikir keras. Paling sederhana hanya mampu menjelaskan tentang Pulau Banyak, Makam Syekh Abdurrauf As-singkily, tarian dampeng.

Keadaan ini memaksa saya untuk lebih survive memperdalam apa itu Singkel, sebagai generasi penerus menjadi tanggung jawab mewariskan pengetahuan Singkel dan mengenalkanya kepada publik. Sehingga, setiap momen saya manfaatkan untuk memperdalam pengetahuan tentang Singkel. 

Sedikit bercerita, setelah sekian lama menuntut ilmu diluar Singkel kini saya kembali dengan membawa gelar sarjana. Ya, seperti sarjana pada umumnya daerah sangat sedikit memberikan ruang untuk memberikan kenyamanan dalam mengimplementasi pengetahuan bagi generasinya.

Sungguh ini adalah masa yang sangat menyebalkan bagi segelintir orang, tapi tentu sebagai generasi yang dibekali ilmu tidak boleh terus meratapi begitu saja. Keadaan inilah yang saya manfaatkan untuk memperdalam apa itu Singkel dan aset apa saja yang ada di dalamnya. Sebab alam Singkel tidak pernah menghianati siapapun yang menjaganya.

Obrolan di "Lampung" membuka Cakrawala Singkel

Iktikad ini saya coba implementasikan dengan mengajak ngobrol aktor yang sudah terjun memperdalam Singkel sebelumnya. Salah satunya Rafliansyah, sosok milenial yang juga coba memikirkan bagaimana kearifan lokal yang ada di Singkel bisa dikenal banyak orang terutama di bidang musik. 

Beliau sering di panggil pihak pemerintah maupun swasta untuk menampilkan karya warisan pendahulu Singkel yang mulai terbenam.

Sore itu kami berdiskusi di pinggiran sungai dengan bangunan warung di atasnya, masyarakat menyebutnya "lampung" atau warung terapung. 

Konon katanya juga itu adalah warisan pendahulu Singkil yang notabenenya memiliki kehidupan di pinggir sungai sehingga "lampung" dijadikan rest area atau tempat menginap bagi mereka yang berpergian melalui moda transportasi sungai. Obrolan kami cukup hangat ditemani secangkir kopi dan lalu-lalang perahu nelayan membuat suasana ini sangat khas. 

Bang Rafliansyah dan bang Suhardin sosok inspiratif ini sangat bersemangat memperkenalkan Singkel kepada saya mulai dari peninggalan, sejarah, kebudayaan, sampai dengan karya seni yang sedang dikembangkan. 

Mereka memperkenalkan canang kayu sebuah alat musik tradisional yang terbuat dari kayu dan memiliki lantunan musik yang khas. Kini bang Rafliansyah sedang fokus untuk mengembangkan dan mengenalkan kembali warisan alat musik ini.

Tak cukup sampai disitu, mereka memperkenalkan berbagai tarian Singkel diantaranya Dampeng, Menatakhken Hine, Ambe-Ambeken, Takhi Pikhing, Takhi Biyahat, Takhi Mekhalas. Ternyata Singkel kaya akan tari-tarian yang bisa menjadi brand besar Singkel sebagai daerah yang kental akan budaya.

Memperkuat identitas Singkel, mereka memperkenalkan sosok pahlawan Siti Ambia sebagai aktor pejuang wanita yang dimiliki Singkel disamping pejuang Aceh seperti Cut Meutia, Cut Nyak Dhien, dan sebagainya. Kini nama Siti Ambia diambil menjadi nama desa yang ada di kecamatan Singkil sebagai bentuk pengabadian.

Pembangunan karakter dan moralitas generasi Singkel tak terlewatkan kami diskusikan, yaitu melalui tradisi "sesukuten" sebuah dongeng/hikayat yang memiliki makna ajar kepada anak tentang bagaimana menjalani kehidupan dan kini sudah hampir sulit ditemui. Padahal "sesukuten" bisa menjadi pendidikan moral untuk membangun generasi emas Singkel.

Diskusi kami yang lebih kurang tiga jam ini membuka khazanah pengetahuan tentang Singkel yang indah dan berbudaya. Setiap karya kebudayaan yang diciptakan oleh pendahulu Singkel memiliki pesan-pesan baik berupa pesan moral, pengetahuan, bahkan hiburan yang dibalut dalam sebuah karya seni. 

Tidak heran jika dahulu Singkel menjadi salah satu kota yang maju dengan menghasilkan sumber daya manusia sekaliber Syekh Abdurauf As-singkily. Sebab mereka menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur yang sarat akan pelajaran.

Peran Generasi yang Mulai Menipis

Keadaan ini cukup paradoks dengan tingkat kepedulian generasi muda Singkel, padahal dalam catatan Suradi "Keunikan budaya yang beragam memberikan implikasi pola pikir, tingkah laku dan karakter pribadi masing-masing sebagai sebuah tradisi yang hidup dalam masyarakat dan daerah (Suradi, 2018)".

Ternyata dibalik kekayaan aset kebudayaan Singkel terdapat krisis kepedulian generasi muda dalam mewarisinya, padahal seyogyanya keingintahuan pemuda haruslah besar sebagai estapet yang memegang kebudayaan selanjutnya.

Beberapa aktor kebudayaan hanya tinggal beberapa, seperti mereka yang mahir bersyair, memainkan alat musik tradisonal, atau bahkan mewarisi historis sejarah kebudayaan Singkel masa lampau. Aktor yang dimiliki Singkel akan terus kian berkurang seiring dengan umur mereka yang terus menua. Padahal aset tersebut merupakan identitas yang akan mencerminkan karakter Singkel dan berbeda dengan daerah lain.

Entah alasan apa, yang jelas banyak anak muda yang tidak menempatkan perhatian khusus terhadap kebudayaan Singkel. Padahal disatu sisi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Singkel sedang gencar-gencarnya mempromosikan berbagai kebudayaan Singkel, dan sudah seharusnya sebagai generasi muda ikut andil dalam upaya pengembangan kebudayaan Singkel. 

Jika generasi muda tidak menaruh perhatian khsusus terhadap budaya maka kita harus ikhlas aset kebudayaan kita tenggelam atau di ambil orang. Sebab "kune peh, kade peh, Singkel mang situhuna".
Komentar Anda

Terimakasih Atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar dengan bijak, Komentar Spam dan/atau berisi link aktif tidak akan ditampilkan. Terimakasih.

Berita Terkini