SINGKILTERKINI.COM-KEDIRI. Salah satu objek yang fenomenal
terletak di Dusun Bumirejo, Desa Krecek, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri,
menarik perhatian Pelda Edi Purwanto bersama tim ekspedisi untuk menelusuri
keberadaan bangunan yang hampir dapat dipastikan berwujud candi. minggu
(7/7/2019)
Puthok Gong, itulah nama yang tersemat pada bangunan
kuno yang berada tepat dipertengahan persawahan milik warga setempat. Lahan
sawah itu sendiri berstatus milik Dwi Peni Muafatin.
Bangunan kuno yang hampir dapat dipastikan berwujud
candi itu, diketemukan untuk pertama kalinya oleh komunitas penyelamat dan
pelestari benda cagar budaya “Damar Panuluh Nusantara” pada 16 Juni 2019 lalu.
Penemuan itu sendiri sangat menghebohkan warga sekitar, lantaran mereka tidak
mengira kalau gundukan tanah ditengah persawahan itu didalamnya terdapat
susunan batu bata kuno.
Dinamakan Puthok Gong, lantaran pada hari-hari
tertentu, khususnya diwaktu malam, warga setempat mendengar alunan musik
tradisional bergenre gamelan disekitar lokasi keberadaan bangunan kuno
tersebut. Musik tradisional tersebut dipastikan bukan berasal dari rumah warga,
melainkan berasal di tempat areal Puthok Gong.
Hal ini dikuatkan pengakuan salah satu nara sumber,
sebut saja DS (62 tahun), memastikan warga sekitar tidak ada yang memiliki
peralatan, dan perlengkapan gamelan. Selain terdengarnya alunan musik
tradisional yang sulit diterima secara logika maupun nalar, areal Puthok Gong
itu ternyata menyimpan sejuta misteri, mistis, dan mitos.
Menurut DS, warga setempat enggan untuk datang
sendirian atau tanpa tujuan kesekitar lokasi tersebut, terlebih lagi ketika
matahari sudah tidak menampakkan wujudnya alias malam hari. Keengganan warga
setempat disebabkan areal tersebut masuk kategori “horor” alias angker.
Bahkan, ada beberapa warga yang pernah melihat
“penampakan” sosok tak kasat mata atau “makhluk astral”, namun hal ini masih
dipertanyakan benar atau tidaknya penglihatan itu, lantaran tidak adanya bukti
otentik.
Berdasarkan pengamatan dilapangan, banyak batu bata
yang kondisinya sudah tidak sempurna lagi alias rusak. Selain itu, diatas
susunan batu bata kuno itu, tumbuh pohon berukuran besar.
Meskipun batu bata itu bisa dikatakan sudah tidak
sempurna lagi, apabila disandingkan dengan batu bata jaman sekarang, ternyata
bongkahannya jauh lebih kuat, dan lebih berat. Selain lebih kuat, dan lebih
berat, batu bata kuno itu jauh lebih besar ukurannya, baik panjang, lebar
maupun ketebalannya.
Ditempat terpisah, Rianto, salah satu Tim Damar
Panuluh Nusantara menjelaskan, bangunan candi tersebut berbentuk segi empat,
dan berukuran panjang 12 meter, serta lebar 11 meter. Sedangkan ukuran batu bata kuno bervariatif, diidentifikasikan
panjang 38 hingga 40 centimeter cm, tebal 9 hingga 10 centimeter, dan lebar 23
hingga 25 centimeter.
Menurut Rianto, bangunan kuno tersebut diperkirakan
berdiri sejak era Pemerintahan Kerajaan Khadiri. Ia menjelaskan, hingga saat
ini, dari pihak yang memiliki otoritas belum menentukan kepastian sejak kapan
bangunan kuno itu sudah ada.
Kendati penentuan kapan bangunan itu sudah berdiri
atau dibangun, dan dimasa atau era siapa belum ditetapkan, dipastikan bangunan
tersebut berwujud candi. Hal ini diperkuat dengan karakter pada tiap-tiap sudut
bangunan, dan dipastikan karakter itu mengarah pada pernyataan bangunan
tersebut menghadap kearah timur. (dodik)
Terimakasih Atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar dengan bijak, Komentar Spam dan/atau berisi link aktif tidak akan ditampilkan. Terimakasih.