SINGKILTERKINI.COM-KEDIRI. Tim ekspedisi gabungan yang terdiri
dari Kodim Kediri, dan Damar Panuluh Nusantara melakukan penelusuran seputar
keberadaan “Pawon sewu” di Desa Karangtengah, Kecamatan Kandangan. Pawon sewu
ini sebenarnya statusnya masih penuh tanda tanya, lantaran tidak ada kepastian
berdasarkan bukti otentik yang menjelaskan sejarahnya. rabu (17/7/2019)
Menurut Rianto, areal Pawon Sewu ini cukup luas, dengan
pepohonan berukuran besar cukup banyak, dan tidak terlalu ramai didatangi warga.
Untuk luas areal tersebut, ada dua versi, versi pertama yang berasal dari Mbah
Misri (67 tahun) sesepuh Dusun Dumpul, luas hutan mini tersebut mencapai
sekitar 5 hektar, sedangkan versi kedua, berasal dari perangkat desa setempat,
sekitar 3 hektar.
Di areal ini ada sumber mata air yang sangat jernih,
bahkan warga setempat terlihat ada yang meminumnya langsung, usai memasukkan
air tersebut kedalam botol kemasan plastik. Belum diketahui secara pasti,
apakah air tersebut benar-benar higienis atau tidak.
Berdasarkan pengamatan, sumber mata air ini mengalir
deras cukup deras, dan terlihat jelas mengalirnya berasal dari sela-sela akar
pohon-pohon yang berukuran besar. Belum diketahui secara pasti, dimana asal
sebenarnya sumber mata air tersebut.
Tepat dibawah akar pohon tersebut, ada goa miniatur
berdiameter 0,8 meter. Goa tersebut belum diketahui secara pasti berapa
kedalamannya, lantaran sulitnya tubuh manusia ukuran dewasa masuk lebih dalam
lagi. Hal ini dikarenakan banyaknya akar yang tumbuh di dinding-dindingnya,
sehingga menyulitkan untuk masuk kedalamnya.
Sebagaimana dikatakan Rianto, sampai hari ini belum
pernah ada manusia yang mengetahui berapa kedalaman goa tersebut, dan dimana
ujungnya. Goa tersebut tetap menjadi misteri terkait riwayat yang sebenarnya,
entah itu buatan manusia atau memang karya alam alias tanpa ada campur tangan
manusia.
Saat ini, sumber mata air tersebut digunakan sebagian
warga untuk mandi, bagi yang tidak memiliki kamar mandi atau sumur. Khusus
untuk keperluan mandi, ada jaraknya, agar air yang didekatnya bisa dimanfaatkan
untuk keperluan rumah tangga, dan tidak terkontaminasi dari sabun atau shampo.
Selain untuk mandi, ternyata sumber mata air ini
difungsikan untuk pengobatan teraphy. Untuk pengobatan teraphy, tim ekspedisi
belum menemukan sosok yang dicari, untuk mengetahui lebih jelas teraphy yang
dimaksudkan oleh warga setempat.
Tidak jauh dari lokasi keberadaan sumber mata air, ada
dua buah pohon berukuran besar, dan statusnya “keramat”. Menurut Rianto, pohon
tersebut dikeramatkan oleh warga setempat, karena diyakini sebagai cikal bakal
Desa Karangtengah atau dalam terjemahan lainnya adalah “punden”.
Selain sumber mata air, dan beberapa terowongan goa
yang ditemukan ,ada beberapa bongkahan batu bata kuno disekitar sumber mata air
tersebut. Ukuran batu bata tersebut variatif, namun bila dibandingkan dengan
batu bata jaman sekarang, jelas sekali perbedaannya
Dari pengukuran dilokasi, batu bata tersebut berukuran
panjang 29 centimeter hingga 33 centimeter, lebar 17 centimeter hingga 20
centimeter, dan ketebalan 8 centimeter hingga 11 centimeter. Bila batu bata
tersebut dikelompokkan menurut ukuran panjang, lebar maupun tebal, tercatat ada
3 jenis.
Dari sekian banyak batu bata yang ditemukan, tidak ada
yang berbentuk sempurna alias semua sudah dalam kondisi pecah. Belum diketahui
secara pasti, darimana asalnya batu bata kuno tersebut, namun yang jelas, batu
bata tersebut tidak dibuat pada jaman sekarang, melainkan ratusan tahun yang
lalu. (dodik)
Terimakasih Atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar dengan bijak, Komentar Spam dan/atau berisi link aktif tidak akan ditampilkan. Terimakasih.