SINGKILTERKINI.COM-Kediri. Usai Idul Fitri, ada tradisi yang
sudah turun temurun berlaku disebagian daerah di Kediri, khususnya sekitaran
lereng Gunung Kelud. Koramil Puncu melakukan tradisi grebek riyadin di bulan
Syawal atau H+7 Idul Fitri, dengan mendatangi rumah-rumah Kepala Desa, dan
tokoh masyarakat se-Kecamatan Puncu. rabu (12/6/2019)
Tradisi grebek riyadin, tradisi ini sedikit berbeda
dengan saling kunjung mengunjungi yang umum dilakukan saat Idul Fitri. Tradisi
tersebut dilakukan secara berkelompok dalam satu ruang lingkup, bisa satu
instansi, satu keluarga full, satu RT atau satu rombongan.
Dulu, tradisi grebek riyadin cenderung mendatangi para
sesepuh desa atau orang yang dituakan, dan yang mendatangi orang yang
berhubungan langsung dengan yang didatangi, namun mereka datang secara
berkelompok.
Selain itu, tradisi grebek riyadin tidak dilakukan
bertepatan dengan Idul Fitri, melainkan H+7 atau sesudahnya. Umumnya, tradisi
ini dibarengi dengan “Lebaran Ketupat”, dimana sajian khas tradisional berwujud
ketupat menjadi menu utama sepekan sesudah Idul Fitri.
Menurut Danramil Puncu, Kapten Inf Sutrisno, tradisi
turun temurun ini tetap dipertahankan, dan dilakukan Koramil Puncu. Dalam
prakteknya, grebek riyadin dilakukan dengan mendatangi Kepala Desa, dan tokoh
masyarakat sekitar Makoramil Puncu.
Grebek riyadin tersebut diawali dengan mendatangi
salah satu sesepuh, sekaligus mantan Kepala Desa Puncu era 90an, selanjutnya
rombongan bergerak kesalah satu sesepuh yang terkoneksi dengan hal-hal berbau
spiritual terkait keberadaan Gunung Kelud.
Perjalanan rombongan Koramil Puncu berakhir di rumah
kediaman Kepala Desa, dan ditempat inilah bincang-bincang seputar mudik lebaran
diutarakan sesuai versi masing-masing. (dodik)
Terimakasih Atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar dengan bijak, Komentar Spam dan/atau berisi link aktif tidak akan ditampilkan. Terimakasih.