![]() |
Kepala Penerangan Kodam 17 Cenderawasih Kolonel Infantri Muhammad Aidi |
PAPUA -- Kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB/KKB) menyerang Tim survei Papua Terang, program dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Kampung Bokoa, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua, Senin, 6 Agustus 2018.
Akibat peristiwa ini, lima prajurit TNI terluka dan tiga pucuk senjata api laras panjang dirampas oleh KKSB.
Kepala Penerangan Kodam 17 Cenderawasih, Kolonel Infantri Muhammad Aidi kepada wartawan menjelaskan, kejadian itu bermula, saat Tim survei Papua Terang yang terdiri dari 3 tenaga ahli PLN, 3 tenaga sukarela, 4 mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dan 7 mahasiswa Universitas Cenderawasih (putra terbaik Papua) yang di pimpin oleh Sugiri (Koordinator/pendamping) serta 16 orang pasukan pengamanan dari TNI berangkat dari Bandara Paniai menuju Distrik Wagemuga dengan menggunakan 2 unit Speed Boat.
"Tim survei ini mendapat pengawalan pengamanan dari 16 prajurit TNI tiba di Kampung Wagemuga sekitar pukul 08.19 WIT dan disambut baik oleh masyarakat Distrik Wegemuka," sebut Kolonel Infantri Muhammad Aidi.
Setibanya di Kampung Wagemuga, lanjutnya, tim akan melakukan survei berupa pengambilan gambar dan melaksanakan pencatatan data elektronik di Kampung Kinou.
Untuk mencapai kampung tersebut, tim harus melewati Kampung Muyadebe, Kegomakida, Uwamani, Bokoa, Ugitadi, Dapaiba. "Selama tim survey melewati kampung-kampung ini tim disambut baik oleh masyarakat," tutur Kapendam.
Namun, saat tim tiba di Kampung Kinou, mereka dicegat tiga warga dan meminta tim survey untuk kembali karena tidak membawa surat izin dari pemerintah daerah setempat.
Selanjutnya, Serma Alpius Gobay berusaha untuk bernegoisasi dengan ketiga warga tersebut, tetapi ketiga warga tetap bersikukuh agar tim tetap kembali. Untuk menghindari benturan dengan masyarakat, tim kembali menuju pelabuhan Kampung Muyadebe, Distrik Wegemuka.
Tetapi pada saat tiba di Kampung Bokoa, Tim dikejar oleh sekitar 50 orang KKSB dan masyarakat dengan membawa sekitar 10 pucuk senjata laras panjang campuran, panah, parang dan kampak.
Tidak beberapa lama kemudian dari kiri, kanan dan belakang rumah penduduk Kampung Bokoa keluar sekitar 30 orang KKSB dan dan puluhan masyarakat lainnya yang juga membawa sekitar 20 pucuk senjata laras panjang campuran, panah, kampak dan parang untuk mengepung Tim Survey.
Mereka mengeluarkan tembakan secara membabi buta dan berusaha merampas senjata milik TNI. Anggota TNI dibawah pimpinan Serma Alfius Gobay berusaha melakukan perlawanan untuk mempertahankan senjatanya, namun karena jumlah yang tidak berimbang akhirnya KKSB berhasil merampas 3 pucuk senjata senapan panjang.
Saat tim survei diserang, prajurit TNI berusaha melawan untuk mempertahankan senjatanya. Dikarenakan jumlah tidak berimbang, KKSB berhasil merampas 3 pucuk senjata laras panjang.
Sementara itu ratusan masyarakat yang melihat peristiwa itu kemudian berdatangan untuk mendukung dan melindungi Tim survey dan mengusir kelompok KKSB. Untuk menghindari jatuh korban masyarakat sipil, Serma Alifius Gobay memerintahkan kepada seluruh anggota agar tidak ada yang mengeluarkan tembakan.
"Untuk menghindari jatuh korban masyarakat sipil, Serma Alifius Gobay memerintahkan kepada seluruh anggota agar tidak ada yang mengeluarkan tembakan," kata Kapendam.
Akibat kejadian ini, lima prajurit TNI terluka. Mereka yakni Serma Alfius Gobay selaku Dantim pengamanan putra asli Papua mengalami luka Bibir pecah terkena pukulan benda tumpul, Sertu Yauji luka memar di bagian punggung sebelah kiri terkena pukulan balok, Sertu Hardi luka lebam di muka, Kopda Karyadi luka sobek di atas pelipis dan kaki kanan kena kampak, kemudian, Prada Irfannudin mengalami luka sobek kepala belakang.
Sementara tim survei dalam keadaan aman dan saat ini seluruh korban telah dievakuasi ke Paniai. "Korban atasnama Kopda Karyadi dan Prada Irfandi mendapat perawatan medis di RSUD Kabupaten Paniai," sebutnya.
Menurut Kapendam, tim survei ini bekerja agar seluruh masyarakat Papua mendapatkan penerangan listrik hingga ke pedalaman. Namun sayangnya, muncul sekelompok orang yang selalu menghambat proses pembangunan di tanah Papua melakukan tindakan kekerasan dan tidak berprikemanusiaan.
"Mereka (KKSB) ini mempersenjatai diri secara ilegal dan selalu membuat kekacauan di tanah Papua, dengan dalih perjuangan kemerdekaan Papua atau pisah dari NKRI," kata Kolonel Inf Muhammad Aidi.
Padahal, kata Kapendam, merekalah yang telah merampas kemerdekaan Masyarakat Papua. Mereka juga menciptakan teror, melakukan pembantaian baik terhadap masyarakat sipil maupun aparat keamanan.
Bayangkan sekelompok Mahasiswa yang sebagian dari mereka adalah putra-putra terbaik asli Papua beserta tenaga ahli dari PLN melaksanakan survey untuk mewujudkan program Pemerintah Papua terang.
Dengan harapan agar seluruh wilayah Papua hingga ke pelosok menikmati penerangan listrik untuk kesejahteraan rakyat. Sebaliknya KKSB menyerang Tim dan melakukan tindakan kekerasan, melukai aparat keamanan, merampas senjata dan yang paling penting mereka menghambat proses pembangunan di Papua.
"Nanti bila aparat keamanan melaksanakan penindakan hukum mereka lantas berteriak-teriak minta perlindungan kepada LSM-LSM, Komnas HAM bahkan Pendeta-pendeta yang mendukung tindakan kekejaman mereka," ujar Kolonel Inf Muhammad Aidi menambahkan. (Jml/Red)
Terimakasih Atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar dengan bijak, Komentar Spam dan/atau berisi link aktif tidak akan ditampilkan. Terimakasih.