SINGKILTERKINI.NET, ACEH SINGKIL – Aidil Syahputra menghela napas panjang sebelum membuka catatannya. Aktivis mahasiswa itu menatap angka-angka Badan Pusat Statistik (BPS) yang, bagi sebagian orang, mungkin sekadar deretan statistik. Baginya, itu adalah potret getir Aceh Singkil, kabupaten termiskin di Provinsi Aceh.
Garis kemiskinan di wilayah ini terus merangkak naik. Semakin banyak warga hidup di bawah batas layak. Banyak keluarga dipaksa memilih: membeli beras atau memenuhi kebutuhan sekolah anak. Nelayan tak mampu memperbaiki perahu rusak. Di desa-desa, rumah kayu reyot berdiri rapuh, sanitasi minim, dan air bersih menjadi barang langka.
Di tengah kenyataan itu, kabar dari pusat pemerintahan terasa seperti tamparan. Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil menggelontorkan Rp 2,2 miliar untuk empat unit mobil dinas baru, plus Rp 90 juta untuk iPad dan iPhone.
“Kebijakan itu sama sekali tidak mencerminkan empati terhadap rakyat,” kata Aidil dalam keterangannya, Minggu, 10 Agustus 2025.
Menurut Aidil, kebijakan publik bukan sekadar prosedur administrasi, ini soal keberpihakan. Jika pola belanja seperti ini dipertahankan, Aceh Singkil akan terjebak dalam lingkaran kemiskinan yang kian dalam, ketidakpercayaan publik membesar, dan citra pemerintah merosot.
Aidil, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala, mengungkap data pengeluaran per kapita rakyat Aceh Singkil yang hanya Rp 609 ribu per bulan.
“Saat rakyat mengencangkan ikat pinggang, para pejabat justru membelanjakan APBK demi kenyamanan pribadi,” ujarnya.
Penelusuran di Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) menemukan, Pemkab Aceh Singkil menganggarkan dua unit iPad senilai Rp 60 juta. Rincian pembelian mobil dinas mencakup kendaraan untuk wakil kepala daerah senilai lebih dari Rp 800 juta.
Mobilnya, Nissan Terra, sudah beroperasi di Aceh Singkil. Tiga mobil lain senilai Rp 1,4 miliar masih dalam proses pemesanan.
Data untuk iPhone belum ditemukan dalam sistem. Namun bagi Aidil, detail teknis itu bukan persoalan utama.
“Sampai kapan rakyat harus melihat roda-roda kemewahan melaju mulus di jalan kekuasaan, sementara mereka sendiri tertatih di jalan berlubang kemiskinan?” katanya.
Jalan Rusak, Janji Terlupakan
Ruas jalan di sejumlah kecamatan seperti Gunung Meriah, Singkil Utara, Singkohor, dan Kuta Baharu masih memprihatinkan. Lubang besar dan aspal terkelupas memperlambat mobilitas barang dan orang, bahkan mengancam keselamatan pengendara termasuk para pejabat itu sendiri.
“Mungkinkah pembelian mobil dinas yang baru ini untuk menghindari para pejabat agar tidak mudah terjebak dalam lubang?” ujar Aidil, setengah menyindir.
Ia menegaskan, pemerintah daerah seharusnya memprioritaskan anggaran untuk kebutuhan dasar rakyat: jalan, air bersih, pendidikan, dan lapangan kerja.
“Tanpa itu, kemiskinan hanya akan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya,” katanya.
Pewarta: Jamaluddin
Terimakasih Atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar dengan bijak, Komentar Spam dan/atau berisi link aktif tidak akan ditampilkan. Terimakasih.