-->

Peringatan Isra’ Mikraj 2022: Kilas Peristiwa di Luar Kebiasaan Manusia dan Awal Turun Perintah Shalat

REDAKSI

ACEH SINGKIL – Isra' Mi'raj  1443 Hijriyah jatuh pada hari Senin (28/3/2022), bertepatan 27 Rajab 1443 Hijriyah. Isra' Mi'raj merupakan satu dari banyak peristiwa penting dalam Islam.

Rasulullah SAW melakukan perjalanan yang cukup jauh (dari Mekkah ke Palestina atau Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa), dalam waktu yang super singkat.

Melalui Isra' Mikraj turun perintah bagi umat Islam untuk menunaikan shalat wajib lima waktu dalam sehari.

Apa yang terjadi selama perjalanan Isra'  Mikraj Rasulullah SAW dan spirit apa yang bisa diambil oleh umat Muslim?

Tgk Hambalisyah Sinaga,S.Pd I,  Ketua Forum Komunikasi Pimpinan Dayah Kabupaten Aceh Singkil menjelaskan Isra ' Mikraj merupakan peristiwa di luar kebiasaan manusia (khariqul 'adah) yang disebut dengan mukjizat.

Isra' Mikraj adalah sebuah perjalanan maha dahsyat dalam kehidupan Rasulullah SAW yang sarat dengan makna spritualitas dan saintis.

Sebab, perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra') dan dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha (Mikraj) yang ditempuh dalam sepertiga malam (Qs. Al-Isra: 1), belum pernah dialami oleh rasul-rasul sebelumnya.

Peristiwa maha dahsyat ini terjadi pada 27 Rajab 621 M. Sebuah perjalanan yang amat jauh, tapi ditempuh dengan waktu super singkat dengan mengendarai Buraq.

Maka wajar, Abu Lahab, Abu Jahal, dan sebagian besar para pembesar Quraisy kala itu menentang dan mendustai perjalanan agung ini. Disebabkan ketidakmampuan mereka berpikir rasional-ilmiah dalam memahami peristiwa tersebut.

Bahkan, hingga kini pun tidak semua orang mampu memahami dengan utuh dan seksama. "Karena itu, Isra Mi'raj dianggap sebagai sebuah perjalanan keagungan," katanya.

Lanjut Tgk Hambalisyah Sinaga, yang juga , Pimpinan Dayah Terpadu Al-Hafidz Rizqullah di Kabupaten Aceh Singkil ada beberapa spirit yang dapat dipetik dari peristiwa Isra Mikraj.

Pertama, perjalanan supersingkat

Isra mi'raj menjadi misteri disebabkan jarak tempuh yang amat jauh, tapi dapat dijalani oleh Rasulullah Saw hanya dalam sepertiga malam.

Padahal, kata Buya Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar, perjalanan biasanya dengan kaki unta dari Mekkah ke Palestina menghabiskan waktu 40 hari.

Sebab itu, penggunaan kalimat tasbih pada awal Surah Al-Isra' ayat 1 menunjukkan bahwa Isra' Mi'raj bukan peristiwa biasa.

Tapi, menunjukkan maha suci dan maha kuasa Allah SWT dalam berkehendak.

Sebagaimana Allah berkehendak membelah laut untuk Nabi Musa as (Qs Al-Baqarah: 50), mendinginkan kobaran api untuk menyelamatkan Nabi Ibrahim as (Qs Al-Anbiya': 69), dan membuat hamil Maryam dan melahirkan Nabi Isa as tanpa persetubuhan dengan laki-laki (Qs Maryam: 20-21).

Kedua, perjalanan ruh dan jasad

Penggunaan kata 'abdun dalam surah Al-Isra' ayat 1 menunjukkan bahwa perjalanan Isra Mikraj ditempuh oleh Rasulullah SAW dengan ruh dan jasad.

Sebab, jasad tanpa ruh merupakan mayat, sedang ruh tanpa jasad pun tidak dapat disebut 'abdun.

Karena itu, Isra Mikraj menjadi misteri karena Rasulullah SAW mampu menembus kekuatan cahaya atas izin Allah SWT dengan jiwa dan raganya, tanpa kecacatan sedikitpun.

Hal ini pula yang menyebabkan Abu Lahab enggan percaya dengan peristiwa agung ini, karena sulit dilogikan dengan logika manusia saat itu.

Kini, telah berkembang ilmu astronomi dan fisika, sehingga peristiwa Isra Mikraj coba dipahami dari sisi scientific (Qs. Ar-rahman: 33).

Ketiga, kekuatan malam (the power of night)

Dalam Alquran digambarkan bahwa perjalanan Isra Mikraj terjadi pada malam hari (lailah).

Hal ini membuat banyak orang bertanya-tanya kenapa malam hari, bukan siang hari?

Para pakar mengungkapkan bahwa kata lailah memiliki ragam makna, semisal lawan siang, kegelapan, kesunyian, keheningan, kekhusyukan, kepasrahan, kedekatan, dan kesyahduan.

Artinya, kata lailah juga dapat bermakna majazi, yakni sebuah perumpamaan yang didalamnya memiliki unsur-unsur psikologis.

Untuk itu, malam hari memiliki 'nilai lain' dibandingkan siang hari.

Malam dianggap waktu yang tepat untuk mengkritik diri dan sosial agar mampu bertransformasi menjadi hamba mulia (Qs. Al-Muzammil: 1-4).

Selain itu, dalam Alquran malam hari dianggap sebagai tempat paling tepat untuk mengharmonisasi hubungan transendental kepada Allah Swt (Qs. Adz-Dzariat: 15-17, dan Al-Muzammil: 6).

Hal ini dapat terlihat dari sejumlah perintah Allah Swt tentang pelaksanaan ubudiyah di malam hari, semisal shalat magrib, shalat isya, shalat tahajud, shalat terawih, shalat lail, shalat witir, shalat fajar, dan shalat shubuh.

Bahkan, profetik menggambarkan bahwa Allah SWT 'turun' ke langit dunia pada sepertiga malam dan akan mengabulkan setiap permintaan hambaNya saat itu (HR Bukhari dan Muslim).

Sebab itu, pemilihan waktu malam dalam peristiwa israk mikraj merupakan satu sebab bahwa malam hari memiliki keistimewaan untuk mendekatkan diri kepadaNya.


Keempat, bertemu dengan ruh para Nabi dan Rasul sebelumnya.

Dalam peristiwa israk mikraj Rasulullah Saw diriwayatkan bertemu dan berdialog dengan sejumlah ruh para Nabi dan Rasul pada setiap tingkatan langit (HR Muslim), yakni Nabi Adam as, Nabi Isa, Nabi Yahya, Nabi Yusuf, Nabi Idris, Nabi Harun, Nabi Musa, dan Nabi Ibrahim.

Hal ini menunjukkan bahwa perjalanan isra mikraj Rasulullah Saw mendapatkan penghormatan dan kemuliaan dari para Nabi dan Rasul sebelumnya.

Bahkan, ketika shalat diwajibkan 50 waktu dalam sehari semalam, Nabi Musa AS berperan memohon kepada Rasulullah SAW agar meminta keringanan kepada Allah SWT, hingga tinggal 5 waktu.

Meskipun demikian, pahala tetap dibalas oleh Allah SWT laksana 50 waktu (Sabilal Muhtadin juzu' 1, 147).

Kelima, penyucian jiwa (tazkiyatun nufus)

Dikisahkan sebelum Nabi Muhammad SAW mengikuti seluruh rangkaian isra mikraj, ia terlebih dahulu dibedah dadanya oleh Malaikat Jibril.

Prosesi pembedahan dada ini untuk mengambil dan menghilangkan kotoran-kotoran batin, lalu disucikan dengan air zam-zam, kemudian diganti dengan ilmu, hikmah, dan makrifah.

Ini merupakan rangkaian awal yang harus dilalui oleh Nabi Muhammad SAW sebelum melanjutkan rangkaian selanjutnya.

Hal ini menunjukkan bahwa penyucian jiwa merupakan indikator penting dalam menghadap Allah SWT.

Sebab itu, pada proses ini memberikan refleksi konkret bahwa hendaknya menjadi manusia yang bersih jiwa.

Bersih jiwa merupakan syarat utama untuk mengharmonisasi hubungan ketuhanan dan kemanusiaan.

Keenam, memiliki integritas

Dikisahkan dalam perjalanan israk mikraj Nabi Muhammad SAW menerima tawaran dua jenis minuman, yakni susu dan arak, dan beliau memilih susu.

Beliau memilih susu memberikan filosofi bahwa orientasi kehidupan umatnya akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan perintah Allah SWT dan RasulNya.

Tapi, apabila Beliau memilih arak, maka sungguh umatnya akan disorientasi dalam kehidupan mereka, yakni hanya terlena dan mabuk dengan gemerlapnya dunia.

Bahkan dalam Durratun Nashihin diungkapkan bahwa sedang dalam perjalanan isra mikraj, beliau mendengar suara yang memanggil-manggilnya, baik dari sisi kanan maupun kiri.

Panggilan dari sisi kanan bermakna provokasi Yahudi, dan dari sisi kiri bermakna provokasi Nasrani.

Ketika itu, Nabi Muhammad SAW tidak sekalipun menghiraukan panggilan itu.

Sebab, jika beliau menghiraukan panggilan itu sungguh umatnya akan mudah terprovokasi dan condong kepada Yahudi dan Nasrani.

Selain itu, beliau juga mendapatkan berbagai panggilan yang bersifat materialisme, sekularisme, dan liberalisme.

Ketujuh, punya kepekaan dan kepedulian

Pada peristiwa israk mikraj juga diriwayatkan adanya negosiasi jumlah waktu shalat oleh Nabi Muhammad Saw dengan Allah SWT.

Awalnya, shalat diwajibkan 50 waktu, lalu terjadilah proses 'negosiasi' yang diinisiasi oleh Nabi Musa AS, sehingga kewajiban shalat menjadi 5 waktu.

Tapi, walaupun hanya 5 waktu, pahalanya sama seperti melaksanakan shalat 50 waktu.

Proses 'negosiasi' ini menunjukkan adanya keinginan Nabi Muhammad SAW untuk meringankan beban yang akan dipikul oleh umatnya.

Sebab, umat pasti sangat kesulitan untuk melaksanakan perintah shalat 50 waktu.

Kedelapan, pembangunan berbasis kebersamaan

Dalam sejarah dicatat hanya beberapa lama berselang peristiwa israk mikraj, lalu Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Hingga mampu menjadikan Madinah sebagai wilayah yang berperadaban.

Di Madinah Nabi Muhammad SAW mampu mempersaudarakan kaum Muhajirin (pendatang Mekkah) dan Anshar (pribumi Madinah), serta mampu menyatukan berbagai kabilah tanpa kecuali Yahudi dan Nasrani.

Penduduk Madinah dibawah kepemimpinan Nabi Muhamamd SAW hidup sangat toleran walaupun berbeda etnis, suku, dan keyakinan.
Kesembilan, perjalanan dari masjid ke masjid.
Dalam perjalanan isra mikraj Rasulullah SAW melakukan perjalanan dari Masjid Haram di Mekah menuju Masjid Al-Aqsa di Palestina.

Ini indikasi bahwa kehidupan umat manusia tidak boleh jauh dengan Masjid.

Masjid bagi umat Islam laksana air bagi ikan, keduanya tidak dapat dipisahkan.

Masjid mesti menjadi pusat peradaban umat Islam dalam membangun kehidupan yang berkeadaban.

Bahkan, nilai-nilai yang dibangun di dalam masjid mesti diaplikasikan dalam kehidupan sosial, semisal kejujuran, kebersamaan, keadilan, persamaan tanpa diskriminatif.

Spirit Isra' Mi'raj

Selain menuliskan tentang spirit, Tgk Hambalisyah Sinaga juga menuliskan, Rasulullah dalam peristiwa Israk Mikraj juga melihat beberapa gambaran kondisi sosial manusia.

Berupa sejumlah gambaran tentang kritik sosial untuk memberikan pembelajaran kepada umat, diantaranya:

1. Pemimpin yang tidak amanah

Rasulullah SAW melihat seseorang yang mengumpulkan kayu bakar dipundaknya dengan jumlah besar hingga ia tidak dapat memikulnya.

Tapi, meskipun ia tidak dapat memikulnya, kayu bakar terus-menerus ditambahkan ke pundaknya.

Hal ini gambaran umat Rasulullah SAW yang menumpuk-numpuk jabatan, tapi satupun tidak mampu menjalankannya, hingga ia diminta pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Sebab itu, israk mikraj menjadi momentum bagi para pemimpin dan pejabat untuk menunaikan setiap amanah yang diemban (Qs. An-Nisa': 58)

2. Penebar hoax

Rasulullah SAW melihat sekelompok orang berkuku panjang yang terbuat dari tembaga, lalu mereka mencakar-cakar muka dan dada mereka sendiri.

Hal itu sebagai ganjaran bagi hambaNya yang menebarkan kebencian dan hoax dalam kehidupan sosial. Akibatnya, di akhirat mereka dihinakan oleh Allah SWT.

Karena itu, israk mikraj merupakan momentum untuk membasmi penebar kebencian dan menangkal berita hoax yang dapat merusak tatanan kehidupan sosial berbangsa, bernegara, dan beragama (Qs. Al-Hujurat: 6 dan 12).

Para penebar kebencian dan hoax bukan hanya mendapatkan ganjaran di dunia, tapi juga di akhirat.
Pesta demokrasi tidak boleh sedikitpun dikotori oleh berita-berita hoax.

3. Enggan melaksanakan shalat

Rasulullah SAW melihat sekelompok orang yang kepala mereka dipecahkan dengan batu.

Hal itu ganjaran bagi orang-orang yang enggan melaksanakan perintah shalat.

Pesan profetik bahwa shalat itu tiang agama, siapa orang yang mendirikan shalat, maka ia telah menegakkan agama.

Sebaliknya, siapa orang yang meninggalkan shalat, maka ia telah meruntuhkan agama (HR Bukhari dan Muslim).
Selain itu, shalat merupakan ibadah pertama yang akan dihisab di akhirat kelak (HR An-Nasai).

Karena itu, Isra Mikraj hendaknya menjadi momentum untuk memakmurkan masjid-masjid Allah SWT dengan mendirikan shalat berjamaah (Qs. Thaha: 132).(*)
Komentar Anda

Terimakasih Atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar dengan bijak, Komentar Spam dan/atau berisi link aktif tidak akan ditampilkan. Terimakasih.

Berita Terkini