SINGKILTERKINI.COM-Kediri. Menelusuri sepanjang areal
persawahan diseputaran Kelurahan Tinalan, Kecamatan Pesantren, Babinsa Tinalan,
Koptu Supriyadi mencoba berinteraksi dengan petani setempat, khususnya yang
saat itu sedang aktif menjalankan rutinitasnya. rabu (23/1/2019)
Tarmijo, warga
Kelurahan Tinalan, diajak Koptu Supriyadi untuk sedikit berbincang-bincang
untuk menggali sumber daya alam berupa hasil gabah yang ada di kelurahan
tersebut.
Dari perbincangan
tersebut, ternyata, sawah yang dikerjakan Tarmijo saat ini adalah milik orang
lain dan dirinya hanya berstatus pekerja, sedangkan sawah milik Tarmijo tidak
berada di Tinalan, melainkan di Burengan. Sawah yang dikerjakannya seluas 1,5
bahu atau 1,05 hektar, sedangkan sawahnya sendiri seluas seperempat bahu atau
0,35 hektar.
Alat mesin pertanian
(alsintan) berwujud traktor, dijelaskan Tarmijo, bahwasannya traktor yang
digunakan sekarang ,bukan berstatus menyewa dari orang lain atau kelompok tani,
melainkan milik pribadi. Kalaupun
menyewa traktor, hitungannya bukan per jam, tapi per 1 bahu atau 0,7 hektar.
Menurut Tarmijo, tiap
per 1 bahu atau per 0,7 hektar naik turun, kalau bagus gabah bisa mencapai 640
kwintal atau 6,4 ton, kalau agak kurang bagus gabah cuma dapat 580 kwintal atau
5,8 ton. Kalau ada halangan, biasanya gabah cuma panen 490 kwintal atau 4,9 ton
per 1 bahu atau per 0,7 hektar.
Terkat jual beli
gabah dari petani, Tarmijo mengutarakan, “Biasanya langsung ke pedagang, mereka
sudah tahu kapan waktunya panen, kapan masih menanam. Harga jual beli sangat
bagus dan selisih pengeluaran juga cukup bagus. Pembayarannya cash ditempat,
tanpa cicilan, seluruh gabah terbayar lunas tanpa dihutang atau molor pada saat
jual beli hari itu juga.”
Menanggapi kendala yang
mungkin bisa terjadi sewaktu-waktu, Tarmijo mengngkapkan, kalau hujannya
biasa-biasa saja tidak mengganggu besar kecilnya panen gabah, tapi kalau
hujannya terus menerus, bisa mengganggu.
Pasoka air, dikatakan
Tarmijo, di Kelurahan Tinalan ini bisa dikatakan cukup, tidak pernah
kekurangan, tidak berlebihan alias tidak kekurangan akan kebutuhan air dan
musim kemarau atau hujan tidak ada masalah.
“Kalau kekurangan,
petani disini sudah siap pompa diesel. Kalau hujan terus menerus, air disini
dibuang ke kali (sungai), airnya mengalir lancar,” jelas Tarmijo.
Usai
berbincang-bincang dengan petani yang sedang aktif menjalankan rutinitasnya,
Koptu Supriyadi melihat kondisi tanah disekitarnya, dan kebetulan, sebagian
petani saat ini sedang menanam padi dan bisa diprediksi, dalam kurun tiga bulan
kedepan, disekitaran persawahan ini akan panen. (dodik)
Terimakasih Atas Kunjungannya, Silahkan berkomentar dengan bijak, Komentar Spam dan/atau berisi link aktif tidak akan ditampilkan. Terimakasih.